

BSD, MEI 2019 – Pada IndoBuildTech Expo 2019 lalu, terdapat kurang lebih 90 Host Partner Program yang tergabung. Host Partner Program tersebut merupakan biro – biro arsitek terbaik di Indonesia yang menampilkan panel serta maket hasil karyanya di pameran IndoBuildTech Expo. Salah satu biro yang bergabung adalah Atelier Baou. Biro arsitek ini baru terbentuk di tahun 2017, namun meski masih terlampau baru, sudah banyak projek yang dikerjakan oleh Atelier Baou baik di Jakarta maupun di luar Jakarta. Selain biro arsitek, Atelier Baou juga akif mengadakan BIM Archicad Class di BSD yang sebelumnya sudah diliput oleh Tim Bangunesia. Berikut sesi tanya jawab yang sempat dilakukan bersama Atelier Baou disela kesibukannya.
Bangunesia: Boleh diceritakan bagaimana terbentuknya biro arsitek Atelier Baou ?
Atelier Baou: Jadi Atelier Baou itu dibentuk pada tahun 2017, waktu itu saya (Randy, Founder Atelier Baou) sedang melakukan studi di Jerman, dan rekan saya Prima (Co-Founder Atelier Baou) sedang di Indonesia , dan ada satu lagi rekan kita di Jogja. Kami sebelumnya merupakan teman satu kantor dan mulai bertemu kembali setelah kita akhirnya membentuk tim sayembara. Dulu kami sering ikut sayembara yang diadakan oleh pemerintah untuk membuat masjid, monumen, dan lainnya. Dari sayembara itu kami berhasil mendapatkan projek lalu dari situ kami membuat studio. Saat sudah akhirnya membuat studio pun kami belum berhasil memenangkan sayembaran, namun setelah adanya studio kami berhasil memenangkan sayembara pemerintahan untuk membuat Monumen Menara Gerhana Matahari Total di Bangka Selatan dan saat ini monument tersebut sudah jadi dan sudah diresmikan oleh Bupati setempat.
Nama Atelier Baou sendiri memiliki makna, dimana Atelier itu diambil dari bahasa prancis, dan Bau diambil dari bahasa Jerman, namun dengan saran dari rekan – rekan akhirnya kami menggunakan nama Atelier Baou. Saat pertama kali terbentuk, kami harus membiasakan bekerja dengan jarak jauh, menggunakan sistem online. Dengan kondisi kita yang masih bekerja pada kantor sebelumnya, kita harus bekerja hampir 24 jam, karena pekerjaan sayembara baru bisa dilakukan setelah pulang kantor.
Bangunesia: Sebagai Arsitek generasi muda, bagaimana menanggapi fenomena banyaknya mahasiswa arsitek yang tidak meneruskan profesinya dibidang arsitek?
Atelier Baou: Fenomena tersebut sebenarnya ada alasannya, waktu kami masih bekerja di kantor dengan projek – projek besar seperti hotel dan apartemen, ternyata pemilik – pemilik dari hotel dan apartemen tersebut merupakan lingkungan orang yang sama sehingga lini arsitek yang digunakan pun biasanya akan menggunakan arsitek yang sama kembali sehingga sebagai arsitek muda, kecil kemungkinan untuk bisa mengambil projek – projek besar tersebut. Hal tersebut mungkin menimbulkan pikiran “wah susah nih” untuk bisa bikin biro.
Sebelum Atelier Baou, saya juga sempat coba beberapa kali untuk mendirikan biro, sempat ada juga keraguan dengan atelier baou karna sebelumnya masih bekerja dengan jarak jauh, hingga akhirnya semua berkumpul di Jakarta. Dibutuhkan pertimbangan matang juga untuk akhirnya memutuskan resign dari kantor sebelumnya hingga akhirnya membuat studio atau menyewa kantor untuk Atelier Baou. Masa awal membangun Studio Atelier Baou membutuhkan perjuangan, kami sempat tidak gajian 3 bulan, demi berjalannya operasional Atelier Baou.
Jika kembali membahas isu tersebut, sebenarnya lulusan arsitek ga harus menjadi arsitek. Banyak teman – teman kita dari arsitek yang berpindah profesi karena arsitek itu sebenarnya banyak, entah itu ke property, kontraktor, desain produk, bank, asuransi, itu masih memungkinkan semuanya, karena di arsitek kita hampir mempelajari semua ilmu, tentang kemanusiaan, psikologi, perhitungan mekanika teknik, sipil, walaupun tidak begitu mendalam.
Biasanya mahasiswa, disini kita membahas mahasiswa arsitek, baru setelah lulus menemukan jati dirinya. Jadi proses menemukan passion itu yang mungkin butuh waktu, bisa melalui pengalaman bekerja 1 – 2 tahun, baru mereka menentukan jalur karirnya.
Bangunesia: Adakah tips & trik untuk arsitek generasi muda untuk membuat sebuah biro?
Atelier Baou: Kalau mau membuat biro sendiri, lebih baik kerja di perusahaan lain terlebih dahulu, supaya dia bisa mempelajari manajemen yang baik seperti apa, gambar yang baik seperti apa, standar arsitektur yang baik seperti apa, supaya iya berlatih tidak hanya menggunakan standar dirinya sendiri namun juga bagaimana menyesuaikan dengan standar perusahaan maupun klien. Penting memiliki banyak referensi agar bisa mengambil banyak hal – hal baik dan tidak melakukan hal – hal yang kurang baik.
Selain itu penting juga untuk terus belajar mendesain untuk diri sendiri, mungkin jika arsitek muda atau freshgraduate baru mendesain sesuai referensi. Mungkin hal tersebut juga terbawa dari kegiatan perkuliahan yang selalu menuntut mahasiswa untuk menentukan standar desain yang “bagus” nya masing – masing, dosen seringkali tidak memberi arahan yang jelas mengenai mana yang benar dan salah sehingga harus terbiasa untuk membayangkan bahwa desain yang dilakukan sudah sesuai dengan standard pribadi.
Bangunesia: Bagaimana kondisi profesi arsitek di Indonesia?
Atelier Baou: Profesi arsitek di Indonesia masih sangat menjanjikan ya, karena proses pembangunan di Indonesia sedang marak – maraknya. Jika dibandingkan dengan negara Eropa,yang merupakan negara maju, dan kondisi bangunan dari proses perencanaan hingga bangunan yang ada sekarang masih dalam kondisi sangat baik. Bahkan arsitek – arsitek di negara Eropa melakukan ekspansi ke negara – negara berkembang di Asia, karena lahan untuk mencari projek nya sangat besar di negara berkembang, tanah masih banyak, pembangunan masih banyak, begitu juga yang perlu diperbaiki masih banyak.
Pengaruh sosial media, seperti instagram juga mempengaruhi kondisi profesi arsitek di Indonesia. Waktu generasi kami, 2010, saat Instagram belum begitu marak, tidak begitu mudah untuk mengedukasi masyarakat umum terkait penggunaan jasa arsitek, apalagi di daerah. Saat ini, maraknya penggunaan instagram menimbulkan trend baru, seperti rumah – rumah atau kafe yang dibangun ingin terlihat instagrammable sehingga kebutuhan arsitek nya juga meningkat.
Perkembangan teknologi juga membuat para biro arsitek mudah dikenal melalui sosial media, sehingga kami manfaatkan juga platform tersebut sebagai media branding. Melalui sosial media juga kita mendapatkan tawaran projek.
Bangunesia: Apakah menjadi arsitek merupakan cita – cita sejak kecil?
Atelier Baou: Dari kecil memang sudah bercita – cita menjadi arsitek, walaupun keluarga tidak ada yang berprofesi sebagai arsitek. Sehingga proses untuk mengerjakan desain, mewujudkan gambar kerja dan membuat biro menjadi hal yang menyenangkan. Tapi untuk membuat biro tidak hanya passion di dunia arsitektur yang diperlukan, melainkan juga kemampuan entrepreneurship karena harus memikirkan bagaimana agar biro terus berjalan dan berkembang kedepannya.
Bangunesia: Kenapa akhirnya memutuskan untuk membuat Plus Course?
Atelier Baou: Atelier Baou memang basis nya sudah menggunakan BIM, setelah pulang dari Eropa saya melihat Indonesia penggunaan BIM sendiri sangat sedikit dan belum begitu banyak yang mengetahuinya. Padahal, diluar sana sudah sangat umum menggunakan BIM terutama untuk projek besar, walaupun tetap ada yang menggunakan Autocad dan Sketchup untu projek kecil. Sehingga muncul gagasan untuk mengadakan kelas BIM tersebut. Mulanya, kelas BIM juga diadakan secara privat ke studio – studio, hingga akhirnya kita berani untuk mengadakan kelas dalam skala lebih besar. Kita memulai mengadakan kelas di BSD, dan kita melihat antusiasme nya sangat tinggi, sehingga akhirnya kita memutuskan untuk membuka kelas di Jogja, dan kemarin sudah berjalan. Rencana kedepan, kami ingin membuka kelas kembali di kota – kota besar lainnya, seperti di Surabaya, Medan, Bali, Bandung dan lainnya, berharapnya dalam tahun 2019 ini kami bisa membuka kelas di 5 kota besar.

Di tahun yang ke-11 ini, Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) hadir kembali dengan tujuan menjembatani seni dan desain dengan berbagai disiplin ilmu lain mulai dari fashion, film, perhotelan, F&B, dan lainnya.

Departemen Arsitektur Universitas Indonesia berkolaborasi dengan Galeri Nasional Indonesia dan APTARI menggelar AFAIR (Architecture Fair) 2020 pada 28 Januari – 9 Februari 2020 di Galeri Nasional Indonesia.

APARTEMEN Opus Park yang berlokasi di CBD township Sentul City, Jl MH Thamrin No 63, Sentul City, Bogor yang dikembangkan PT Izumi Sentul Realty